https://www.zoharmusic.com/
Paula Verhoeven: Dari Minder hingga Menjadi Model Internasional

zoharmusic.com – Paula Verhoeven, istri Baim Wong, berbagi cerita menarik tentang karier modeling-nya kepada Feni Rose. Paula mengaku telah terjun ke dunia model sejak usia dini, tepatnya saat berusia 13 tahun, dan menjadi gadis sampul. Ia memulai karier tersebut dengan rasa minder karena tinggi badannya melebihi rata-rata, yang membuatnya merasa asing di tengah orang lain.

“Aku kan lahir di Semarang, besar di Semarang. Jadi tuh kayak orang tinggi tuh jarang banget,” ujarnya. Namun, ibunda Paula melihat ini sebagai peluang dan mendaftarkannya ke sekolah modeling agar Paula lebih percaya diri. “Ya sudah akhirnya pas aku bilang, ‘Ah kok aku minder banget, ya’, gitu. Mama aku langsung, ‘Ya sudah, sekolah modeling’. Jadi diajarin jalan gimana, duduk bagaimana, terus jalan juga, biar enggak bongkok,” ujarnya.

Paula juga menceritakan kenangan masa kecilnya. Dahulu, ternyata ia memiliki cita-cita sebagai pramugari ketimbang model. Profesi tersebut ia pilih demi bisa jalan-jalan ke luar negeri. Namun, ia bersyukur karena menjadi model juga bisa membawanya terbang ke luar negeri hingga menetap beberapa waktu. “(Cita-cita) banyak, tapi berubah-berubah. Namanya anak kecil, ingin jadi dokter terus berubah lagi ingin jadi pramugari. Karena ingin keliling dunia, tapi alhamdulillah jadi model sudah bisa keliling dunia,” sambungnya.

Paula memang berhasil terbang ke luar negeri saat menjalani kariernya sebagai model. Ia pernah terbang dan tinggal di Singapura, tepat setelah lulus kuliah. “Empat tahun di Singapura, bolak-balik. Tapi ada stay-nya di sana yang agak lama, karena kan aku punya agensi di sana. Aku lulus kuliah aku lulus 2009, langsung ke Singapura empat tahun,” lanjutnya. Tak hanya di negara Asia, Paula juga sempat menjadi model di Milan. Di sana, ia menjadi model selama satu musim dan memilih untuk kembali ke Indonesia. “Habis itu aku ingin coba Eropa, waktu itu aku coba Milan, coba satu season doang. Habis itu tiga bulan, enggak betah terlalu homesick, terlalu jauh, sama terlalu dingin di sana, jadi akhirnya aku langsung pulang lagi ke Jakarta,” sambungnya.

Menjajaki karier sebagai model nyatanya tak mudah. Bagi Paula, kerja sebagai model di Singapura bisa bekerja ke beberapa tempat dalam satu hari. Untungnya, akses transportasi di sana memudahkannya untuk terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, berbeda ketika ia bekerja di Jakarta. “Yang pasti waktu ya, karena kita di luar negeri kayak di Singapura, sehari bisa beberapa kerjaan. Karena kan bisa pakai MRT, bus, semua kendaraan umum. Kalau di Jakarta paling enggak satu hari satu kerjaan, agak sulit untuk pindah-pindah,” tuturnya. “Di Milan juga bisa pindah-pindah. Tapi yang yang sana susahnya cari kerjaannya,” sambungnya.

Paula sebut cara kerja sebagai model di Milan cukup sulit untuknya. Ini karena tinggi badan Paula juga terhitung di atas rata-rata di sana. “Aku pernah punya pengalaman, bajunya enggak muat. Maksudnya tuh (bajunya) terlalu pendek. Bukan bajunya yang diatur, tapi modelnya yang diganti. Aku yang diganti, aku ketinggian. Sempat tuh waktu itu,” kenangnya.

Kini setelah menikah dan memiliki anak, Paula berusaha membagi waktu dan prioritasnya. Fokusnya tak lagi karier, melainkan keluarga. Saat ditanya akan kembali berkarier sebagai model, Paula tampak enggan. Ia memilih untuk memberi peluang tersebut bagi model lainnya. “Kasih kesempatan yang lain. Kita di belakang layar saja,” sambungnya.